Sumber: <a href="<a href=&quot;https://www.freepik.com/free-photo/middle-aged-asian-farmer-man_21517407.htm#query=asian%20farmers&amp;position=8&amp;from_view=search&amp;track=sph&quot;>Image by jcomp</a> on Freepik">Freepik</a>

Transformasi Digital Pertanian di Indonesia untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Written by Virda Risyad


Ditulis Oleh Lesly Goh.

Diunggah pertama kali pada Jumat, 21 Januari 2022.

Diterjemahkan oleh Virda Risyad

The digital transformation of agriculture in Indonesia (brookings.edu)

Ketahanan pangan merupakan tujuan utama dari sektor pertanian Indonesia. Sejak diperkenalkannya Undang-Undang Pangan tahun 2012, negara ini telah membuat kemajuan yang baik dalam produksi pangan pokok. Namun, laporan dari World Bank menunjukkan bahwa kinerja ketahanan pangan secara keseluruhan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas (gizi) pangan sangatlah beragam dan fluktuatif.

Hingga saat ini, fokus dari kebijakan ketahanan pangan lebih condong ke arah peningkatan ketersediaan. Namun, dengan pertimbangan beberapa aspek, fokus kebijakan harus segera bergeser ke arah peningkatan keterjangkauan serta kualitas gizi pangan. Krisis COVID-19 telah menyoroti kelemahan sistem pertanian pangan di negara ini, tetapi juga membawa peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mentransformasi sistem tersebut.

Sektor pertanian tradisional di pasar negara berkembang sedang dalam proses transformasi oleh teknologi digital dan dapat dilihat dari sudut pandang lean startup- "berpikir secara luas, bertindak dengan cepat, serta mulai dari yang kecil." Lesly menggali lebih dalam tentang Indonesia dalam bukunya yang berjudul Breakthrough baru-baru ini: The Promise of Frontier Technology for Sustainable Development. "AgriTech" menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan hasil pertanian dan profitabilitas bagi petani kecil.

Pasar di negara berkembang seperti Indonesia dalam proses mengembangkan ekosistem AgriTech yang dinamis dalam lima model bisnis utama. Penasihat petani, peminjaman peer-to-peer, ketertelusuran (traceability), pasar digital, dan mekanisasi. Peningkatan investasi dalam sektor pertanian untuk memodernisasi sistem pangan dan membuatnya lebih efisien adalah kunci untuk meningkatkan produksi pangan negara. Hal ini juga akan memungkinkan petani kecil untuk meningkatkan produktivitas dan mendapatkan lebih banyak pendapatan.

Memfasilitasi dan Mempromosikan Transformasi Digital Pertanian dengan Teknologi Pangan untuk Mendorong Ketahanan Pangan

Pertanian adalah sektor yang paling sedikit tersentuh oleh proses transformasi digital di Indonesia, dan akibatnya, peningkatan produktivitas dan peluang pengembangan tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal.  Transformasi digital pertanian melibatkan adopsi teknologi digital seperti konektivitas seluler/internet, kecerdasan buatan (AI), machine learning (ML), cloud computing, Internet of Things (IoT), dan blockchain/Distributed Ledger Technology (DLT) untuk memungkinkan model bisnis baru yang dapat membantu meningkatkan hasil pertanian, efisiensi, pendapatan, dan profitabilitas. Selain itu, hal ini akan memerlukan perubahan pola pikir untuk menarik dan mengembangkan generasi baru petani dan pengusaha.

Untuk mengoperasionalkan dan mengambil keuntungan yang optimal, "ekosistem pertanian digital" harus dikembangkan melalui:

Infrastruktur digital seperti:

Data pertanian (misalnya, registrasi petani, peta tanah, cuaca, agronomi, pengawasan hama dan penyakit); perangkat keras digital (misalnya, teknologi drone, satelit / GIS, sensor, alat diagnostik tanah); dan perangkat lunak digital (misalnya, alat pengambilan data, alat manajemen agen lapangan, platform blockchain).

Area pengaplikasian transformasi digital seperti:

  • Layanan konsultasi: penyebaran informasi untuk meningkatkan teknik pertanian dan mempromosikan teknologi baru
  • Hubungan antar pasar: memfasilitasi penjualan antara petani dan pembeli
  • Akses keuangan: penyediaan pembiayaan untuk meningkatkan produktivitas atau profitabilitas pertanian
  • Manajemen rantai pasokan (supply chain): melacak dan mengelola rantai pasokan (supply chain) untuk meningkatkan profitabilitas melalui sertifikasi dan keterlacakan
  • Macro agri-intelligence: menghasilkan dan/atau menyebarkan data makro kepada para pemangku kepentingan

Untuk mengembangkan ekosistem pertanian digital, diperlukan tiga faktor penting: data, inovasi, dan kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan di sektor publik dan swasta. Transformasi digital pertanian akan memanfaatkan inovasi kelembagaan untuk mendorong pemupukan silang antara pengetahuan dan kemitraan produktif, mengkatalisasi dalam proses saling berbagi data, dan eksperimen serta pengujian teknologi yang bersifat disruptif. Transformasi ini akan meningkatkan solusi yang telah terbukti melalui keterlibatan tingkat nasional untuk sistem pangan yang efisien, adil, dan ramah lingkungan.

Transformasi digital sektor pertanian di pasar negara berkembang lainnya dapat memberikan pelajaran penting yang dapat diadaptasi oleh Indonesia ke dalam konteks yang lebih lokal. Cara-cara tradisional untuk menjembatani kesenjangan hasil panen, misalnya, penerapan lebih banyak pupuk dan pestisida serta mengajarkan praktik pertanian yang baik kepada petani bukanlah hal yang cukup untuk mendukung transformasi digital di sektor pertanian. Diperlukan transformasi di bidang pertanian agar data dapat menghasilkan pengetahuan yang lebih baik, lebih tepat waktu, serta dapat ditindaklanjuti. Pengaruh cuaca, tanah, reaksi tanaman terhadap kondisi alam, serta plot produksi yang  berskala kecil menghambat proses transformasi untuk mengembangkan solusi yang bersifat universal.

Bagaimana Indonesia Mentransformasi Sektor Pertanian Secara Digital

Teknologi dapat menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Namun, contoh kemitraan publik-swasta pertanian digital di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, membangun kemitraan strategis dengan bisnis swasta, dalam bentuk "Innovation Hub" dapat menggunakan data untuk membuka potensi penuh transformasi berbasis teknologi di bidang pertanian.

Ada empat karakteristik utama dari Innovation Hub yang akan sangat penting untuk menyediakan lingkungan yang positif bagi pengembangan dan pertumbuhan startup AgriTech dan mendorong adopsi teknologi digital di seluruh rantai value untuk pertanian:

Pengembangan lintas sektor

Hubungan dari AgriTech ke platform FinTech dengan mengembangkan produk pembiayaan yang sesuai dengan siklus produksi petani. Kemudian, menghubungkan AgriTech dengan bank komersial untuk sumber pendanaan tambahan untuk pinjaman kepada petani.

Pentingnya kemitraan strategis

Startup AgriTech telah memfasilitasi perluasan jaringan antara petani dengan melibatkan mitra agribisnis baru seperti pemerintah dan hubungan bisnis-ke-bisnis (B2B) untuk bekerja langsung dengan petani. Mereka juga telah memperluas koneksi last-mile ke pelanggan dalam rantai pasokan (supply chain) dan logistik yang mencakup first mile, mid mile, dan last mile.

Membangun ketahanan pasca-COVID-19 untuk mengatasi risiko dan tantangan

Memperkuat platform manajemen risiko untuk perusahaan sambil membantu petani kecil dengan transaksi tanpa kontak dan penggunaan teknologi seperti menggunakan sensor IoT untuk mengukur hasil panen.

Pengembangan Kapasitas dan Inovasi

Memperkenalkan pertanian climate-smart kepada petani kecil untuk mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan dengan tujuan untuk menanam lebih banyak bahan pangan dengan biaya yang lebih rendah melalui praktik inovatif yang menghasilkan tanaman berkualitas lebih tinggi, dan menangani item berbiaya tinggi seperti penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien untuk berbagai jenis tanah.

Berbagai model bisnis AgriTech telah muncul secara global untuk mengatasi tantangan utama yang dihadapi oleh para petani kecil. Indonesia adalah contoh dari apa yang dapat diharapkan oleh negara-negara berkembang.

Startup AgriTech sudah membuat terobosan dalam membentuk value chain pertanian di Indonesia, dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Fintech yang mengubah sektor jasa keuangan. Berinvestasi dalam ekosistem data dan inovasi dapat menarik lebih banyak inovator muda di bidang pertanian.

Bersama dengan peraturan yang mendukung serta peningkatan investasi dalam infrastruktur, teknologi digital akan menjadi pendorong utama untuk mengatasi isu ketahanan pangan, pengurangan pemborosan pangan, pertanian berkelanjutan, serta krisis iklim. Pendirian Innovation Hub di Indonesia dapat menyatukan berbagai pemangku kepentingan dalam value chain pertanian untuk saling berbagi data, mendorong inovasi, dan menyediakan investasi, pendampingan, serta pengembangan kapasitas bagi perusahaan rintisan muda.

Keberhasilan Innovation Hub ini akan bergantung pada pembangunan kemitraan antara sektor publik dan swasta serta memastikan bahwa peraturan yang ada dapat mendorong inovasi sekaligus memitigasi potensi risiko inovasi. Lebih banyak inovasi teknologi di bidang pertanian diperlukan saat ini. Ini adalah tantangan global dan waktu untuk segera bertindak adalah sekarang. Mendukung semangat pola pikir lean startup: Mari berpikir secara luas, mulai dari yang kecil dan bertindak dengan cepat.

Salah satu dari tiga faktor penting dalam pengembangan ekosistem pertanian digital yaitu mengatalisasi proses demokratisasi data. Hal ini dapat dimulai dengan pengembangan infrastruktur digital yang akan mendorong value chain pengembangan lintas sektor, kemitraan yang bersifat strategis, membangun ketahanan pasca-COVID-19, serta pengembangan kapasitas dan inovasi dapat cepat diealisasikan dan akan segera membantu meningkatkan hasil pertanian secara kualitas dan kuantitas, efisiensi, pendapatan, dan profitabilitas.


Layaknya pola pikir lean startup, berpikir secara luas, mulai dari hal yang kecil dan bertindak dengan cepat. Pengembangan ekosistem pertanian digital dapat dipercepat dengan pengadopsian Delman Data Lab sebagai low-code scalable data solution tool yang akan mempermudah proses demokratisasi data untuk transformasi sistem serta teknologi pangan yang efisien.