Oleh: Virda Risyad

“Bagaimana kalau ternyata big data tidak worth the hype?” Setelah melihat penjelasan di bagian pertama mengenai fakta dan data dari big data yang bukan merupakan 100% utopia, pada kenyataannya, big data juga bukan 100% distopia. Maksudnya? Simak penjelasan berikut!

Mitos 1 = Big Data Berisiko Tinggi dan Terlalu Kompleks Untuk Dikelola

Saat Anda mendengar istilah Big Data, maka istilah cloud-computing akan ikut muncul di pikiran Anda. Kemudian, Anda juga ikut mempertimbangkan beberapa risiko yang ikut timbul dari kedua istilah tersebut. Salah satu contoh risikonya adalah data breach.

Namun Anda tidak perlu khawatir. Protokol keamanan terus ditingkatkan untuk melindungi data sensitif. Layanan dan vendor keamanan cloud melakukan audit dan pembaruan secara rutin untuk mencegah pelanggaran keamanan.

Adapun dari sisi kompleksitas manajemennya, pada dasarnya, hal ini sama seperti saat Anda pertama kali mengenal teknologi bernama komputer maupun smartphone; big data beserta supporting tools juga membutuhkan proses pembelajaran agar Anda mulai terbiasa menggunakannya. Gandeng technology expert untuk membimbing Anda maupun perusahaan Anda untuk menggunakan big data dengan tools nya .

Mitos 2 = Big Data dan Mesin akan Menggantikan Manusia

Pertama, hal itu tidak mungkin. Pengambilan keputusan berdasarkan data akan selalu membutuhkan kemampuan berpikir manusia. Lagi pula, tidak ada algoritme mesin yang dapat menggantikan penalaran dan kreativitas manusia.

Karena pada dasarnya, robot tidak memiliki empati seperti manusia untuk menimbulkan naluri kreatif. Kemudian terdapat fakta bahwa mesin hanya akan bergerak melalui program yang telah dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, mitos bahwa Big Data akan menggantikan manusia sepenuhnya tidak memiliki dukungan bukti empiris yang cukup.

Mitos 3 = Eksklusif Bagi Perusahaan Besar dan Orang-orang Teknis

Mitos ini terkait dengan mitos pertama tentang Big Data (platform, tim, dan anggaran yang besar). Masih banyak orang yang berpikir bahwa Big Data hanya relevan dan dapat diakses oleh perusahaan besar dan orang-orang yang terkait dengan TI (Teknologi Informatika).

Namun pada kenyataannya, Big Data lebih dari sekadar infrastruktur TI dan sejenisnya. Hal ini berdampak pada bisnis secara keseluruhan. Contohnya:

Tren media sosial
Manajemen inventaris
Tren selera pelanggan
Proses pembelian
Global supply chain

Hal yang sama berlaku untuk skala bisnis. Big Data tidak secara eksklusif dirancang untuk melayani perusahaan besar. Usaha kecil akan mendapat manfaat dari manajemen big data untuk mengelola operasi harian mereka yang lebih spesifik dan personal dengan lebih efisien.

Mitos 4 = Big Data Itu Mahal

Kata "Big" mungkin memberi kesan bahwa Big Data hanya bisa diterapkan di platform besar dengan tim dan anggaran yang besar.

Sebaiknya diingat bahwa Anda telah menghemat biaya untuk tenaga operasional manual saat menggunakan layanan cloud untuk mengelola data Anda. Solusi/tools berbasis cloud tidak memerlukan instalasi, sehingga relatif lebih hemat biaya daripada yang Anda pikirkan. Maka dari itu, apabila Anda ingin menilai performa solusi/tools big data, Anda bisa melakukan trial selama 2 sampai 3 bulan untuk melihat sendiri performa beserta hasilnya.

Apakah Anda Masih Kurang Yakin dengan Big Data?

Kekhawatiran Anda bukanlah sesuatu yang tidak berdasar. Fear of change or the unknown is something common in people. Namun, pada kenyataannya, untuk tetap relevan dan menjadi yang terdepan, transformasi digital yang melibatkan big data bukanlah sesuatu yang bisa terhindarkan. Maka dari itu, untuk membuktikan bahwa big data dapat menjadi aset berharga untuk bisnis Anda, mulailah dengan berinvestasi pada good data. Untuk mendapatkan good data, gunakan data cleaning tools seperti Delman Data Lab, yang akan membantu proses analisis data memberikan hasil yang signifikan untuk bisnis Anda.

Coba Sekarang!

Mitos Seputar Big Data: Utopia? Distopia? Yang Benar yang Mana?